Kamis, 26 Januari 2012

Kamera Analog Jogjakarta hunting Balerante

Beberapa hari kemarin teman teman Kamera Analog Jogja mengadakan hanting bersama ke kaki Merapi, yaitu sekitar Balerante, Bebeng, Kalitengah Lor.

Kali Woro Balerante Deles
Kali Woro dari Balerante | foto: Teemo helly
Sedikit mengingat kejadian akhir tahun 2010 yaitu masa dimana Gunung Merapi sedang “Punya Gawe” ditandai dengan meningkatnya aktivitas vulkanik, banyak harta benda dan korban jiwa yang tidak terselamatkan di desa desa sekitar kaki gunung merapi, beberapa diantaranya desa desa di kelurahan Balerante dan Glagaharjo yang berada di antara kali Gendol dan kali Woro.

Minggu tanggal 28 November 2011 kemaren, teman teman Kamera Analog Jogja mendatangi beberapa desa di lereng tenggara Gunung Merapi. Berawal dari keingintahuan kondisi di sana pasca erupsi meskipun sudah berlangsung setahun yang lalu, dan setelah dirembug dalam acara Panjat Makam akhirnya diputuskan kami berangkat pagi. Lumayan juga yang ikut, ada Taufan Kharis, Adnan Rusdi, Mamox F Widayat, Munier Winarto, Hagni Bakti, Tio, mbak Tina, Wirawan Arie, Teemo Helly, Andreas Hemawan, dan Y Dwi SN


Hulu Merapi Kali Woro
Hulu Kali Woro dan Merapi yang tertutup Awan | foto : teemo helly
Tempat pertama yang kami tuju ialah di lereng kali Woro, pojok timur dusun Sambungrejo, desa Balerante. Sambungrejo ialah dusun paling atas di balerante. Ketika terjadi erupsi merapi dusun ini masih tetap berdiri, meskipun rusak parah, karena adanya bukit kendil di atasnya aliran material merapi tidak mengarah di desa ini, hanya awan panas, lain jika dibanding dengan Kinahrejo, Kaliadem dan dusun lainnya yang rata rumahnya karena material kelas berat.

Di lereng Kali Woro di desa Balerante, bisa melihat desa desa dibawahnya, tebing kali woro, dan tentunya puncak merapi di sebelah utara, sayangnya ketika kami di sana puncak merapi tertutup kabut. Tumbuh tumbuhan di sini sudah hijau kembali, dan aktivitas warga sejauh ini sudah berjalan normal, rumah-rumah juga sudah berdiri kokoh dan tidak terlihat lagi kerusakan-kerusakan seperti dahulu. Karena dirasa sudah cukup, kami pindah ke bagian barat, menembus dusun Sambungrejo dan Ngipiksari, yang berada di Klaten, kemudian kami masuk dusun sebelahnya yaitu Kalitengah Lor, yang berada di D.I.Yogyakarta.

Gardu Pandang Bebeng
Gardu Pandang di Dekat Mata Air Bebeng | foto : taufan kharis

Dengan mengikuti jalan utama di dusun Kalitengah Lor, kami ke utara dan akhirnya kami sampai di sekitar mata air Bebeng, disana ada pos pengamat, ada warung, dan tentunya ada pemandangan alam yang harus dinikmati. Karena belum sarapan akhirnya kami minum dulu dan ngemil di warung tersebut, sambil ngobrol-ngobrol bareng, tentunya tidak hanya seputar kamera saja, ada curhat curhatan juga lho. Setelah puas menikmati santapan di warung tersebut, kami naik ke pos pengamatan, eh lupa…tentunya bayar dulu di warung. Dari pos pengamatan semakin tinggi lagi dan semakin lebar juga sudut pandangnya, tapi lebarnya sudut pandang tidak diikuti lebar lensa yang ada pada kamera. Jepret sana jepret sini akhirnya kami merencanakan untuk turun, pindah lagi.

Ketika turun saya sempat terpisah dengan teman-teman lainnya, ternyata yang lain sedang menunggu Mas.Tio lagi balik lagi mengambil tas yang sempat tertinggal di warung. Karena lama menunggu akhirnya saya masuk ke pemakaman mbah Maridjan, yang berada di belakang Masjid dusun Srunen dengan melalui jalan utama di desa tersebut. Kemudian ke selatan dan melewati desa Singlar, yang sebagian rumahnya sudah rata tertimbun material merapi yang meluap dari kali gendol, di desa ini banyak aktivitas penambang pasir, dan memang seperti gurun pasir. Akhirnya kami berhenti di suatu tempat dekat pohon berwarna coklat karena bagian kulitnya tidak ada karena panasnya material merapi, dan tidak ada daunnya, dengan bagian bawah sudah tertimbun pasir setinggi sekitar 3 meter, dan yang pasti masih berdiri kokoh. Kami duduk duduk di sekitar pohon tersebut, ngobrol ngobrol, mengabadikan gambar di sekitarnya. Dengan duduk di samping pohon saya jadi termenung karena teringat dan membayangkan kondisi saat awal November 2010 yang lalu.

Pasir Kali Gendol
Tambang Pasir Kali Gendol | foto : Taufan Kharis


Pohon Awan Panas
Pohon Korban Awan Panas Masih Berdiri Kokoh | foto: teemo helly
Dan ternyata sudah sekitar jam 2 siang, memang tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, dan kami pulang dengan melalui dam gendol di dusun bronggang suruh, di sana banyak juga aktivitas penambang pasir, wisatawan, ada batu besar yang berada di tengah dam tersebut, dan itu memang tidak akan dipindahkan, dari setaun lalu sudah berdiri di sana.

Oh iya ini ada sedikit majalah dari Kamera Analog Jogjakarta tiap 2 bulan terbit. Dan foto lainnya balerante ada di edisi 8, dan silahkan kunjungi artikel lainnya tentang alam dan pegunungan


Saya Menyukai..



Artikel yang mungkin terkait...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

maturnuwun sudah mengisi komentar..